Kamis, 04 November 2010

ASAL MULA DESA GEMBONG


Dulu sebelum Indonesia merdeka, terjadi suatu kejadian di suatu daerah yang diangkat dari situs di daerah tersebut yang ada pada zaman dahulu berupa sumur gedhe.
Konon pada zaman dahulu kala tumbuh sepasang pohon beringin di suatu daerah, tepatnya pohon beringin itu tumbuh terpisah. Kata orang terdahulu pohon
itu tumbuh terpisah dengan jenis yang berbeda yang satu laki-laki dan yang satu perempuan. Pohon itu tumbuh subur dan sangat tinggi. Karena tingginya, sehingga pohon itu bisa tampak dari jarak yang sangat jauh. Ternyata kedua pohon itu mempunyai kesamaan karena di bawah kedua pohon itu terpancar suatu sumber mata air yang jernih sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat sekitar. Tak hanya itu, sumber air itu dapat menyembuhkan penyakit pa saja jikalau air tersebut diambil oleh seorang pertama kali. Walaupun saat musim kemarau panjang sumber air itu tetap memancarkan air tetapi pancaran air dari kedua pohon beringin itu tidak dapat mengalir kemana-mana yang biasa dikatakan oleh orang jawa dengan bahasa ngembong. Dengan adanya peristiwa itu sehingga masyarakat menamai daerah itu Desa Gembong.
Akhirnya oleh penduduk sekitar di kedua titik sumber tersebut dibangun sumur dan dengan bertambahnya usia beringin tersebut mati. Tetapi anehnya banyak orang mengalami kejadian buruk di sumur tersebut. Terkadang orang menjumpai ular di dalam sumur tersebut dan suara tangisan bayi, sehingga sumur itu dikeramatkan dan setiap kali ada acara pernikahan diharuskan untuk membuat sesaji dan ditaruh di bawah pohon beringin serta dibawa ke makam-makam yang biasa disebut nyadran.
Dulu adat ini wajib dilakukan, tetapi seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai mengikuti era globalisasi sehingga adat ini mulai ditinggalkan karena dianggap oleh masyarakat sebagai wujud penyembahan kepada roh halus dan melanggar syariat agama. Adat yang masih dilakukan sampai saat ini adalah megengan dan ketupatan. Adat megengan biasa dilaksanakan sebelum menunaikan ibadah puasa, sedangkan ketupatan dilakukan 15 hari sebelum bulan puasa dan 6 hari sesudah bulan puasa.
Sampai saat ini kedua sumur itu masih ada tetapi tidak dipergunakan oleh masyarakat sekitar. Sekian ulasan awal mula dari Desa Gembong yang sangat menarik untuk dikunjungi.(mashans)

3 komentar:

Unknown mengatakan...

semoga bermanfaat omm...

Unknown mengatakan...

Kalimatnya tolong dioerbaiki lagi.. terlalu bertele tele

Unknown mengatakan...

ada yg tau d mna titik sumur trsbt? kurang lbih nya

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More

 
Powered by Blogger